Pada hari Jumat, 03 Juni 2016 menjelang
bulan suci Ramadhan kelompok Kuliah Keja Nyata (KKN) saya di Desa Gunung Jati
Kecamatan Jabung Kabupaten Malang melaksanakan salah satu kegiatan yang menjadi
program kerja kelompok KKN saya yaitu kegiatan penyuluhan gemar membaca untuk
siswa dan siswi di SDN yang ada di Desa tersebut. Pelaksanaan kegiatan tersebut
diadakan di SDN Gunung Jati 4 yang bila kita lihat dan bandingkan, SD tersebut
memang jauh dari kata Excellent School
(sekolah yang sudah bagus menurut sepemahaman saya berdasarkan kajian
ilmu kuliah yang saya pahami dan beberapa diskusi kelas bersama bimbingan
dosen). Karena memang notabennya sekolah tersebut terletak di Desa, jadi wajar
saja sekolah tersebut jauh dari kata bagus dibandingkan sekolah yang berada di
Kota Malang yang pernah saya tahu dan memang saya sering melaksanakan observasi
untuk memenuhi tugas kuliah. Saya memang tidak mendapatkan kesempatan untuk
melaksanakan program kerja KKN saya di SD tersebut. Saya kebagian tugas untuk
mengembangkan manajemen perpustakaan di SDN Gunung Jati 3. Berawal dari hal
itu, timbullah inisiatif dari teman-teman untuk mengembangkan perpustakaan yang
ada di sekolah itu yang mendapatkan julukan “Laskar Pelanginya Gunung Jati”
tersebut. Julukan laskar pelangi oleh teman-teman KKN untuk sekolah itu karena
memang kondisi sekolah yang hampir mirip dengan sekolah di laskar pelangi.
Bedanya, memang kondisi fisik sekolah tidak sampai sebegitu miris seperti yang
digambarkan di film. Mendengar cerita sebagian teman KKN saya yang mendapatkan
tugas proker disana, sedikit penasaran pun tiba-tiba timbul. Ah saya kira mungkin
kondisi sekolah tidak jauh berbeda dengan SDN Gunung Jati 1 dan 3. Namun,
setelah mendengar jumlah siswa yang hanya 41 siswa mulai dari kelas 1 sampai 6
dengan jumlah guru yang hanya 4 orang, rasa penasaran ini semakin menggebu-gebu
saja. Pada tanggal tersebut, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung kesana.
Bersama dengan teman KKN, saya menelusuri setiap jalan yang cukup lancar untuk
kita lalui. Jalanan yang jauh dari rumah warga dan di sepanjang jalan banyak
ditemui pohon-pohon tebu yang seakan-akan kita masuk ke sebuah desa yang jauh
dari hingar bingar ramai aktivitas warga. Perjalanan saya tempuh cukup jauh
jika dibandingkan dengan sekolah yang lainnya yang ada di Desa itu. Rasa
pesaran saya semakin bertambah untuk segera melihat kondisi sekolah. Namun saya
begitu menikmati perjalanan yang saya lakukan karena di samping kanan dan kiri
saya dapat kita jumpai deretan pohon tebu yang mulai tumbuh menjulang tinggi.
Sejenak saya berpikir, siapa yang berani malam-malam melewati jalur ini? Apa
lagi bila kita lihat latar belakang desa dulu yang memang sangat terkenal
dengan kasus begalnya. Sekitar 500 meter dari Posko KKN, dengan rute perjalanan
yang sangat sepi akhirnya saya sampai di sebuah sekolah yang menjadi tujuan
kami, SDN Gunung Jati 4. Aaah.. saya pikir teman saya sangat melebih-lebihkan
menyebutnya sebagai laskar pelanginya gunung jati. Kondisi fisik sekolah sudah
cukup baik menurut saya. Pertama memasuki gerbang sekolah saya langsung
melebarkan pandangan ke segala penjuru di sekolah. memang, jika dibanding
sekolah 1 dan 3, kondisi fisik disana lumayan jauh lebih memprihatinkan. Namun
ada hal yang menarik. Mari saya ceritakan saja pada topik cerita ini.
Saya lansung memasuki ruangan dimana
penyuluhan gemar membaca itu dilaksanakan. ketika saya dan teman-teman tiba di
ruangan tersebut, disana sudah ada pemateri dan beberapa teman KKN yang membagi
menjadi lima kelompok. Kegiatan sudah dimulai. Saya langsung saja ikut nimbrung
ke salah satu kelompok dan ikut berbaur dengan siswa siswi. Jauh dari perkiraan
saya, peserta terbilang sangat sedikit yaitu keseluruhan siswa yang ada disana.
Lalu dimana perwakilan siswa dari SDN 1 dan 3? Ternyata mereka tidak hadir
entah dengan alasan apa.
Saya menikmati setiap kegiatan yang ada
dalam aktivitas penyuluhan gemar membaca tersebut. Mulai dari siswa disuruh
membaca cerita lalu menceritakan ulang di depan teman-temannya, membaca dalam
hati, dan kegiatan-kegiatan yang lain. Antusias dari mereka menambah suasana
penyuluhan menjadi semakin meriah. Jumlah mereka memang terbilang sedikit. Satu
ruangan terdiri dari siswa dan siswi dari berbagai kelas, mulai dari kelas satu
hingga kelas lima. Melihat antusias mereka yang tinggi, rasa bangga dan haru
tiba-tiba melanda saya. Berkali-kali saya harus membendung air mata yang tak
tertahankan seperti ingin ikut menyaksikan antusias mereka yang tinggi.
Berkali-kali pula saya harus berwajah tegar dan melebarkan senyum untuk
mengalihkan rasa haru yang tiba-tiba menguasai saya. Entah saya tidak tahu
bagaimana dengan perasaan teman KKN saya yang lain. Mereka mengalami kondisi
haru yang sama dengan saya atau malah hanya menikmati suasana kelas yang mulai
hidup. Dengan mahirnya pemateri dapat memancing siswa dan siswi untuk
bersemangat berpartisipasi memeriahkan suasana. Beberapa menit kemudian setelah
beberapa rangkaian kegiatan penyuluhan, ada satu momen lagi yang semakin
menambah keharuan saya. Setelah sesi menceritakan ulang bahan bacaan berakhir,
pemateri meminta siswa yang berani tampil di depan semua teman-temannya
sekaligus teman KKN saya untuk menyebutkan apa cita-cita besar mereka. Sudah
ada dugaan kuat saya akan dibendung haru lagi. Ketika pemateri meminta
menyebutkan, salah satu siswa mengangkat tangannya dengan berani. Tak pernah
kita duga, sosok kecil mungil berseragam olahraga dengan memakai topi pramuka
serta memakai jam tangan berwarna hijau terang berdiri dengan gagahnya bak
seorang yang sudah biasa tampil di muka umum. Semua mata tertuju padanya.
Pemateri menyuruh siswa lain untuk tenang dan menyimak pembicaraannya. “semuanya
harap tenang ya, mari kita dengarkan salah satu teman kalian ingin menyebutkan
apa cita-citanya. Sebutkan dengan suara yang paling keras oke...”. kira-kira
seperti itu ucapan pemateri karena saya tidak hafal betul kalimat yang
diucapkan mirip seperti pemateri. “cita-cita saya ingin menjadi tentara”.
Dengan suara sangat lantang anak itu mengucapkan dengan yakinnya. “ucapkan
dengan keras lagi”. Ulangi pemateri. “saya ingin menjadi tentara”. Suaranya
menggelegar ke segala penjuru ruangan. Suara tepuk tangan begitu gemuruh mulai
terdengar. Begitupula saya dengan begitu bahagianya bertepuk tangan
mendengarnya. “nah, begitu. Diucapkan dengan keras. Semakin kalian mengucapkan
dengan keras, maka kalian semakin dekat dengan cita-cita kalian”. Buru-buru
saya melihat ponsel. Sebenarnya, tidak ada panggilan atau pesan apapun. Saya
hanya mengalihkan pandangan saya saja karena saya tidak sanggup lagi menahan
air mata dan timbul gejolak di dada. Tidak henti-hentinya saya mencoba
menenangkan diri sendiri agar tidak terhanyut terbawa suasana. Setelah sosok
kecil dan mungil itu mengawalinya, siswa yang lain juga ikut berani tampil
untuk menyebutkan cita-citanya yang beragam. Mulai dari ingin menjadi Dokter,
Tentara, Guru, Pilot, bahkan menjadi seorang Presiden. Saya tidak bisa
mengingat betul siapa nama anak itu. Yang masih saya ingat, dia berasal dari
kelas satu. Bisa kita bayangkan bukan? Betapa masih kekanak-kanakannya dia.
Dengan beraninya dia tampil dan menyebutkan cita-cita mulianya yang ingin
menjadi tentara. Jika dibandingkan dengan saya dulu waktu SD, saya tidak akan
bisa seberani itu untuk berbicara di depan teman-teman dengan kepercayaan diri
yang tinggi. Harus saya akui, bahwa sampai sekarangpun jika harus tampil di
depan muka umum saya masih kurang yakin dengan diri saya sendiri. Sejenak
terbesit dipikiran saya mengapa anak itu ingin menjadi seorang tentara. Bisa
saja karena dia sering melihat para tentara yang memang sering sekali berlalu
lalang lewat di desa ini. Betapa setiap orang membutuhkan inspirasi, dari
siapapun. Tingkatan tertinggi dari seseorang apabila ia sudah bisa
menginspirasi orang lain menurut saya. Sayangnya saya belum bisa mencapai titik
itu. Salah satu teman KKN membisiki saya yang tiba-tiba membuyarkan lamunan
saya tentang cita-cita anak itu. “aku lo senengnya ketika kesini itu pasti
mereka menyambut kita dengan antusias”. Saya hanya menjawab dengan senyum haru
begitupula teman saya itu. Ah betapa saya merasa berartinya berada diantara
mereka sedangkan saya bukan siapa-siapa. Saya hanya mahasiswa KKN yang
ditugaskan untuk mengabdi. Namun benarkah saya mengabdi? Apa yang dapat saya
salurkan kepada mereka? Lebih-lebih lagi yang selaras dengan ilmu saya, bidang
pendidikan. banyak hal yang membuat saya merasa berarti berada diantara
anak-anak itu. Mereka menyambut kami dengan senang, menghormati kami yang belum
bisa memberi apapun. Hanya bantuan kecil yang pernah kita berikan kepada mereka.
Berada pada situasi seperti ini, tanpa
terasa saya benar-benar menikmatinya. Saya bisa melupakan segala masalah dan
beban yang ada. Lelah yang dirasakanpun tidak terasa lagi. Melihat muka-muka
polos mereka dan berada diantara mereka, saya seperti orang hebat saja.
Padahal, saya katakan lagi bahwa sebenarnya kita dan saya khususnya bukan
siapa-siapa. Ya Tuhan, kabulkan segala cita-cita mereka. Lindungi pikiran polos
mereka dari pola pikir anak zaman sekarang yang sudah banyak mulai
terkontaminasi oleh perubahan zaman. Tak henti-hentinya saya selalu memanjatkan
doa dalam hati. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Setalah itu pemateri menyuruh
setiap anak untuk menuliskan cita-cita sekaligus nama di sticky note dan
ditempelkan ke sebuah karton yang sudah disediakan. Beragam cita-cita sudah
tertulis disana. Tempelan cita-cita mereka seakan menjadi saksi atas
keberlanjutan hidup mereka nanti. Entah cita-cita mereka dapat tercapai atau
tidak, yang pasti Tuhan akan selalu menghargai cita-cita dan niat baik yang
polos dari mereka. Saya kembali merenung bahwa betapa beruntungnya saya berada
di titik ini, sebagai mahasiswa. Sebelumnya saya memang seringkali mengeluh dan
memandang lebih nyaman dengan hidup orang lain. Sudahkan kita mensukuri apa
yang sudah kita rasakan dan kita miliki sekarang? Jangan sering-sering
menfokuskan hanya pada diri sendiri, lihatlah orang lain juga. Mereka tidak
lebih buruh dari kita. Pandailah bersukur agar Tuhan selalu menambah nikmat
kita.
Di hari itu saya benar-benar banyak
mendapatkan pengalaman sekaligus pembelajaran. Dibalik hingar bingar Kota
Malang yang saya tahu sampai detik ini, bila kita melihat sisi Malang yang
lain, masih banyak kemalangan-kemalangan yang ada. Saya memang lahir dan
tumbuh menjadi anak desa. Saya benar-benar sangat merasakan menjadi mereka.
Mereka dengan segala keterbatasan untuk sekolah dan merasakan pendidikan yang
layak. Saya begitu terharu, dan sangat terharu. Antusias mereka sangat membakar
semangat saya entah sampai kapan semangat ini tetap ada. Adik-adik di SDN
Gunung Jati 4, tetaplah semangat untuk belajar, maafkan kami mahasiswa KKN yang
kurang berkontribusi. Mungkin hanya sedikit tenaga dan sedikit buku yang dapat
kami sumbangkan. Kami hanya bisa berharap, semoga apa yang telah kami beri
dapat bermanfaat bagi kalian. Semoga kelak kita sama-sama dapat menginspirasi
banyak orang. Keterbatasan memang selalu ada, namun jangan sampai dapat
membatasi langkah kalian!.
Gunung Jati, 06 Juni 2016
Semangat tanpa batas
#KKNUM2016 #KKNgunungjati